Pages

Labels

nilna. Powered by Blogger.

Friday, 1 June 2012

Resensi Novel SeoulMate


Ketika Kenyataan Menghadapkanmu Pada Pilihan

Penulis                       : Lia Indra Andriana
Penerbit                     : Penerbit Haru
Tahun                          : 2011
Jumlah halaman        : 300 halaman
Harga                         : Rp 45.000,00


SeoulMate adalah novel kesebelas karya Lia Indra Andriana. Novel ini juga merupakan novel ketiganya yang bersetting Korea. Di novel SeoulMate, Lia berusaha menunjukkan Korea dan segala keadaannya disana secara nyata meskipun ada sebagian yang diubah dan disesuaikan dengan alur cerita. Tak hanya itu, novel ini juga dibuat lebih menarik dengan suguhan beberapa percakapan menggunakan bahasa Korea. Pembaca yang belum mengerti bahasa Korea tidak perlu merasa risau, karena terdapat footnote yang membantu untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian, kosakata dan istilah-istilah Korea tadi dikumpulkan menjadi satu di halaman belakang. Selain itu, untuk membuat cerita menjadi lebih hidup dan nyata ditambahkan info-info mengenai lokasi dan suasana tempat dimana terjadinya kisah di novel ini sehingga pembaca yang belum mengerti betul keadaan di Korea (lokasi kejadian) bisa lebih mendalami jalannya cerita.

Alur yang digunakan di novel SeoulMate adalah alur campuran. Cara menggambarkan tokoh di novel ini dilakukan secara mendetail. Tokoh utama wanita, Kim Sun yang berusia 21 tahun adalah seseorang yang memiliki sifat gigih dan temperamental. Meski begitu, sebenarnya sifat temperamental Sun hanya berlaku bagi orang-orang yang menurutnya membuat Ia merasa tidak nyaman. Selanjutnya, tokoh utama pria yaitu Jang yang merupakan hantu yang menjadi partner Sun di SeoulMate. Jang adalah hantu amnesia yang tidak tahu sama sekali asal-usulnya.

Friday, 25 May 2012

Disadvantages of Smoking

-->
Smoking is an activity that does by someone to smoke. Someone who does smoking called smoker. As we know, the smokers not only from old generation but also young generation. Moreover, a few month ago there are some news told that there is preschool children be a smoker. Smoke is a bad habit for all people. Smoke gives more disadvantages than profits. Now, I’ll tell you why smoke gives disadvantages:
 First, we know that cigarette contains nicotine and tar that can cause cancer, heart attack, asthma, and other disease. The bad effect of smoking attacks the active smokers and the passive smokers (people around active smokers). It happens because the passive smokers also suck the fumes. They also get bad effect of inhale smoke as big as the active smokers.
Second, smoking can cause someone being addict because there is nicotine in cigarette. The longer someone doing smoking, he will more hard to stop do it.

Monday, 14 May 2012

Referensi Novel : Then I Hate You So

-->
Penulis             : Andry Setiawan
Penerbit           : Haru
Tahun              : 2012
Jumlah Halaman      : 319

      Novel Then I Hate You So ini merupakan novel pertama Andry Setiawan. Selain itu, penerbit Haru juga merupakan penerbit buku yang baru didirikan di tahun 2011. Ide tentang pembuatan novel ini muncul pertama kali saat adanya peristiwa gempa yang dahsyat di Jepang tahun 2011 lalu. Awalnya, Andry ingin menjadikan peristiwa tersebut sebagai topik utama. Namun, setelah berdiskusi dengan salah satu teman penulisnya, Lia yang membantu mereview alur cerita, akhirnya topik tentang gempa itu hanya menjadi pengantar cerita di novel ini.
      Alur yang digunakan oleh Andry adalah alur campuran. Cara menggambarkan tokoh dalam cerita ini dilakukannya secara detail. Tokoh utama wanita, Han Naran. Seorang model di Korea yang mempunyai jam terbang tinggi adalah seorang yang tidak begitu menyukai pria. Ia menganggap semua pria yang mendekatinya hanya untuk mencari kesempatan belaka. Namun, Ia bersikap berbeda terhadap manajernya yaitu Dani yang Naran tahu sejak awal berkenalan adalah seorang gay. Selain itu, tokoh utama pria, Luca Itoyama adalah seorang pekerja keras yang memiliki rasa percaya diri tinggi. Ia memimpin salah satu proyek di perusahaan Jepang dan berhasil dengan gemilang.
      Kisah dalam novel ini diawali dengan peristiwa gempa di Jepang yang membuat Luca berkeinginan untuk pergi dari sana karena Ia tidak menyukai keadaan Jepang yang porak-poranda saat itu. Maka, ketika perusahaan tempat bekerjanya menawarkan untuk bekerja di Korea, Luca segera mengiyakannya. Ternyata saat di Korea, Luca dan Naran berada di gedung yang sama. Dan saat inilah cerita misteri ini bermula.

Monday, 7 May 2012

Tugas Analisis Sosiologi


1.        Beberapa waktu lalu, ada kasus pembunuhan thd orang2 yg dikategorikan sbg dukun santet oleh kelompok masy di suatu daerah. Bagaimana pendapat anda ttg kejadian tsb ? Cara pengendalian sosial apakah yang dilakukan kelompok masy tsb ?

Jawab :
· Menurut saya, hal itu bisa terjadi karena orang-orang yang dikategorikan sebagai dukun santet tersebut memiliki tingkah laku yang aneh. Selain itu, mungkin saja pembunuhan tersebut terjadi karena sering terjadi kematian-kematian seseorang secara tidak wajar.
· Cara pengendalian sosial tersebut yaitu Koersif

2.         Ada seorang pencopet  yg tertangkap basah. Lantas dengan seketika pencopet tsb dikeroyok oleh massa. Menurut anda, apakah kasus tsb termasuk pengendalian sosial ? Jelaskan.
Jawab :
Ya, hal tersebut termasuk pengendalian sosial melalui cara Koersif yaitu secara Kompulsi/Paksaan. Hal tersebut dilakukan untuk menimbulkan efek jera pada pencopet tersebut dan pencopet-pencopet lainnya. Sehingga mereka merasa takut untuk melakukan perbuatan buruk itu lagi.

3.         Penangkapan / penertiban anak-anak jalanan sering terjadi di kota-kota besar. Apakah itu merupakan salah satu pengendalian sosial? Jelaskan pendapat anda !
Jawab:
Hal tersebut termasuk pengendalian sosial formal yang dilakukan aparat kepolisian. Kepolisisan memberikan penyuluhan tentang larangan anak-anak usia sekolah untuk berada di jalanan pada jam-jam tertentu. Namun, jika anak-anak tersebut tetap memaksa dan tidak mau peduli, polisi bisa saja menangkap mereka dan mereka kemudian akan disosialisasi secara lebih agar tidak kembali ke jalan lagi. Karena pada dasarnya, seharusnya anak-anak tersebut menempuh pendidikan sekolah, bukan malah berada di jalanan . Jika mereka terus berada di jalanan, hal tersebut tentu merusak pemandangan kota dan mengganggu lalu lintas kota.

4.         Prostitusi merupakan bentuk perilaku menyimpang. Apabila ada seorang wanita bekerja di tempat prostitusi demi kelangsungan hidup keluarganya, apakah ia termasuk wanita tercela ? Bagaimana dengan wanita yang ditipu oleh agen tenaga kerja sehingga terpaksa bekerja sbg PSK ? Jelaskan pendapat anda !
Jawab:
· Untuk alasan apapun, tetap saja wanita yang bekerja di tempat prostitusi adalah wanita tercela.  Di luar sana masih banyak pekerjaan lain yang lebih mulia dibanding bekerja menjadi PSK. Asalkan ada kemauan, pasti mereka bisa menghidupi keluarganya tanpa menjadi PSK.
· Sebaiknya, wanita tersebut segera melaporkan tindakan agen-agen yang nakal tersebut kepada pihak kepolisian agar segera ditindak dan mengakibatkan korban-korban lainnya.

Saturday, 5 May 2012

ATLETIK


Dalam Bukunya dinamakan Track and Field atau disebut juga 3 ( tiga ) L
           Track : nomor-nomor atletik yang terdapat pada lintasan, yakni semua nomor lari
          Field : nomor-nomor atletik yang terdapat pada lapangan, yakni semua nomor lempar dan lompat
Nomor lari pada cabang olahraga atletik dibagi menjadi 3 ( tiga ), yakni :  lari jarak pendek, lari jarak menengah dan lari jarak jauh.
1.       lari jarak pendek : 100 meter, 200 meter dan 400 meter
2.      lari jarak menengah : 800 meter dan 1.500 meter
3.      lari jarah jauh : 3.000 meter, 5.000 meter, 10.000 meter dan lari marathon : 42,195 kilo meter

START
Start dalam nomor lari dibagi menjadi 3 ( tiga ) : yakni Start jongkok, start berdiri dan start melayang.
           Start Jongkok, biasanya digunakan lari jarak pendek
           Start Berdiri, biasanya digunakan lari jarak menengah dan jarak jauh
           Start Melayang, diguanakan lari estafet kecuali pelari pertama
Sedangkan Start Jongkok menurut sikapnya dibagi menjadi  3 ( tiga ), yakni :
          Start pendek : ujung kaki belakang diletakkan  segaris  dengan tumit kaki depan,   jarak  antara  kaki  satu  dan lainnya satu kepal
          Start menengah : lutut  kaki belakang diletakkan  segaris dengan ujung kaki depan,  jarak  antara kaki satu dan lainnya satu kepal
          Start panjang : lutut kaki belakang diletakkan  segaris dengan tumit kaki depan,  jarak  antara  kaki  satu  dan lainnya satu kepal
          Sikap Lari Jarak Pendek  ( badan condong kedepan )
Sikap Badan Saat Memasuki Garis Finish(menundukan kepala / membusungkan dada kedepan)



Teknik Dasar Bola Voli
1.      Pasing Bawah  :
·         Sikap awal kedua kaki kangkang atau salah satu kaki dibelakang dan kaki yang satu didepan lutut ditekuk.
·         Sikap kedua tangan berkaitan satu sama lain.
·         Pada saat melakukan passing, perkenaan bola pada kedua lengan diatas pergelangan tangan dan disertai meluruskan kedua lutut keatas.

2.      Passing Atas / Set Up
·         Sikap awal kedua kaki kangkang atau salah satu kaki dibelakang dan kaki yang satu didepan lutut ditekuk.
·         Sikap kedua tangan didepan atas kepala jari-jari terbuka.
·         Pada saat passing atas / mendorong  bola keatas, perkenaan bola pada ujung jari kedua tangan diatas kepala dan disertai meluruskan lutut keatas.

3.      Service Bawah
·         Sikap awal berdiri kaki kiri didepan dan kaki kanan dibelakan badan agak bongkok .
·         Sikap tangan kiri memegang bola dan tangan kanan bertugas memukul / mengayun bola dari bawah lengan.
·         Pada saat tangan kanan menyentuh bola, perkenaan bola pada kepalan tangan dengan sudut pukulan 45 derajat.


Saturday, 28 April 2012

Tugas PKNq


1.       BUDAYA POLITIK
a.       Pengertian
v  sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat.
v  Mrp aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, & mitos.
v  Dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya (bentuk).
v  Hakikat dan ciri budaya politik yaitu menyangkut masalah nilai-nilai sbg prinsip dasar.
v  Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma.
b.      Menurut Para Ahli
v  Gabriel A. Almond & Sidney Verba, budaya politik yaitu terdapatnya satu perangkat yang meliputi seluruh nilai-nilai politik yang terdapat di seluruh bangsa.
v  Rusadi Sumintapura, budaya politik tidak lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.
v  Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sistem keperca-yaan empirik, simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.
v  Alan R. Ball, budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.
v  Austin Ranney, budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dan pemerin-tahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik.
v  Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr., budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.
c.       Manfaat memahami pengertian budaya politik
v  Adanya sikap warga negara terhadap sistem politik yang mempengaruhi tuntutan-tuntutan, tanggapan, dukungan serta orientasinya terhadap sistem politik yang ada;
v  Dapat mengerti dan memahami hubungan antara budaya politik dengan sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik.
d.      Komponen-komponen Budaya Politik
v  Orientasi kognitif, yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.
v  Orientasi afektif, yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor dan pe-nampilannya.
v  Orientasi evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.
e.       Alfian, menganggap bahwa lahirnya kebudayaan politik sebagai pantulan langsung dari keseluruhan sistem sosial-budaya masyarakat dalam arti luas.
f.       Menurut G. Almond dan S. Verba, bahwa objek orientasi politik warga negara adalah sistem politik yang terbagi ke dalam tiga golongan objek, yaitu :
v  Peranan atau struktur khusus seperti badan legislatif, eksekutif atau birokrat.
v  Pemegang jabatan, seperti pemimpin monarki, legislator dan administrator.
v  Kebijaksanaan, keputusan atau penguatan keputusan, struktur pemegang jabatan.
g.      Tipe-tipe Budaya Politik



v  Berdasarkan sikap yang ditunjukkan
                                              i.            Militan (usaha jahat dan menentang)
                                            ii.            Toleransi (Berpusat pada masalah) : sikap mental absolut (sempurna dan tidak dapat dirubah), sifat mental akomodatif (menerima apa saja yang berharga).
v  Berdasarkan orientasi politiknya
                                              i.            Parokial (partisipasi sangat rendah)
                                            ii.            Subjek/Kaula (relative maju tapi masih pasif)
                                          iii.            Partisipan (kesadaran sudah tinggi)
v  Model Kebudayaan Politik
                                              i.            Sistem Otoriter
                                            ii.            Demokratis Pra-indrustial
                                          iii.            Demokratik Industrial
v  Menurut Almond dan Verba, terdapat variasi dlm 3 bentuk budaya politik :
                                              i.            Subyek-parokial
                                            ii.            Parokial-partisipan
                                          iii.            Subyek-partisipan



2.      Sosialisasi Politik
a.       Pengertian : proses dengan mana individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya.
b.      Melalui sosialisasi, suatu kebudayaan dapat diwariskan kpd generasi berikutnya. Ada 3 sifat dasar mengapa sosialisasi perlu :
v  Manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
v  ”Secara ekstrim” manusia tidak punya naluri sehingga sebagian besar perilaku untuk kelangsungan hidupnya harus dipelajari.
v  Manusia harus belajar mengendali-kan hubungan dgn sesamanya, yaitu hidup menurut nilai-nilai dan membi-na peranan bersama.
c.       Pengertian menurut para ahli :
v  Gabriel A. Almond, Sosialisasi politik menunjukkan pada proses dimana sikap-sikap politik dan pola-pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk, dan juga merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi berikutnya.
v  Irvin L. Child, Sosialisasi politik adalah segenap proses dengan mana individu, yang dilahirkan dengan banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya.
v  Richard E. Dawson dkk., Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai dan pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru,  dan sarana-sarana sosialisasi yang lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak dewasa.
v  Denis Kavanagh, Sosialisasi politik merupakan suatu proses dimana seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangannya tentang politik.
d.      Beberapa segi penting sosialisasi politik :
v  Secara fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman/ pola-pola aksi.
v  Memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dan kelompok dalam batas-batas yang luas, dan lebih khusus lagi, berkenaan pengetahuan atau informasi, motif-motif (nilai-nilai) dan sikap-sikap.
v  Tidak terbatas pada usia anak-anak dan remaja saja (walaupun periode ini paling penting), tetapi berlangsung sepanjang hidup.
v  Mrp prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial, baik secara implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial.
e.       Proses sosialisasi
v  Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses dengan jalan mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada politik.
v  Dalam Proses Sosialisasi Politik, metode yang kerap digunakan adl : Pendidikan Politik dan Indoktrinasi Politik.
v  Sarana dalam sosialisasi politik : keluarga, sekolah, partai politik
f.       Sosialisasi dalam Masyarakat Berkembang
v  Robert Le Vine, berpendapat bahwa sosialisasi politik di negara-negara berkembang cenderung mempunyai relasi lebih dekat pd sistem-­sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan sistem-sistem politik nasional.
v  Masalah terberat yang dihadapi, yaitu adanya berbagai macam kelompok dan tradisi di negara itu.
v  3 Faktor masalah penting : Pertumbuhan penduduk, pendidikan dan nilai-nilai tradisional, pengaruh urbanisasi
g.      Sosialisasi Politik dan Komunikasi Politik
v  Dalam proses sosialisasi politik kaitannya dengan fungsi komunikasi politik, berhubungan dengan struktur-struktur yang terlibat dalam sosialisasi serta gaya sosialisasi itu sendiri.
v  Pada sistem politik masyarakat modern, institusi seperti kelompok sebaya, komuniti, sekolah, kelompok kerja, perkumpulan-perkumpulan sukarela, media komunikasi, partai-partai politik dan institusi pemerintah semuanya dapat berperan dalam sosialisasi politik.
v  Negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman dan sebagainya arus informasi yg dimiliki relatif homogen.
v  Para elite politik pemerintahan mempunyai sumber-sumber informasi khusus melalui surat kabar tertentu yang ditujukan pada kelompok kelas/politik tertentu.
v  Masyarakat mempunyai akses ke suatu arus informasi dan media massa sehingga hambatan-hambatan bahasa atau orientasi kultural sangat minim.
v  Masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap para elite politik dan sebaliknya kaum elite-pun dapat segera mengetahui tuntutan masyarakat dan konsekuensi dari segala macam tindakan pemerintah.

3.      Peran serta dalam Budaya Politik Partisipan
a.       Partisipasi Politik
v  Adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.
v  Menurut Myron Weiner, terdapat 5 penyebab timbulnya gerakan ke arah partisipasi politik :  
                                              i.            Modernisasi dalam segala bidang kehidupan.
                                            ii.            Perubahan-perubahan struktur kelas sosial.
                                          iii.            Pengaruh kaum intelektual dan kemunikasi masa modern.
                                          iv.            Konflik antar kelompok pemimpin politik.
                                            v.            Keterlibatan pemerintah yg meluas.
b.      Konsep Partisipasi Politik
v  Dalam ilmu politik, dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk memberi gambaran apa dan bagaimana tentang partisipasi politik.
Sarjana
Konsep
Indikator
Kevin R. Hardwick
v  Partisipasi politik memberi perhatian pada cara-cara warga negara berin-teraksi dengan pemerintah, menyampaikan kepentingannya thd pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-kepentingan tsb.
v  Terdapat interaksi antara warga negara dengan pemerintah
v  Mempengaruhi pejabat publik.
Miriam Budiardjo
v  Partisipasi politik mrp kegiatan sese-orang/sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dng jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah.
v  Berupa kegiatan individu atau kelompok
v  Bertujuan ikut aktif dalam kehidupan politik publik.
Ramlan Surbakti
v  Partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.
v  Partisipasi politik berarti keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
v  Keikutsertaan warga negara dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
v  Dilakukan oleh warga negara biasa
Michael Rush dan Philip Althoft
Partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik.
v  Berwujud keterlibatan individu dalam sistem politik
v  Memiliki tingkatan-tingkatan partisipasi

v  Menurut Ramlan Surbakti, rambu-rambu konsep partisipasi politik :
                                              i.            Berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati  (bukan berupa sikap dan orientasi).
                                            ii.            Diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik.
                                          iii.            Kegiatan yang berhasil (efektif) dan gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik.
                                          iv.            Mempengaruhi pemerintah bisa dilakukan secara langsung atau tidak
                                            v.            Kegiatan mempengaruh pemerintah bisa dilakukan melalui prosedur wajar (konvensional), non kekerasan (nonviolence), seperti ikut memilih dalam pemilu dan mengajukan petisi, maupun dengan cara-cara diluar prosedur (tak konvensional), dan kekerasan (violence), seperti demonstrasi, pembangkangan halus, huru-hara, dan gerakan politik seperti kudeta & revolusi.
c.       Praktik Partisipasi Politik
v  Huntington dan Nelson menemukan 5 bentuk kegiatan utama yang dipraktikan dalam partisipasi politik : Lobbying, Pemilihan,Organisasi, Tindakan kekerasan, Mencari koneksi
v  Milbrarth M.L. Goel mengidentifikasi tujuh bentuk partisipasi politik individual :
No
Bentuk Partisipasi
Keterangan
1.
Aphatetic Inactuves
Tidak beraktifitas yang partisipatif, tidak pernah memilih.
2.
Passive Supporters
Memilih secara reguler/teratur, menghadiri parade patriatik, membayar seluruh pajak, “mencintai negara”.
3.
Contact Specialist
Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi dan nasional dalam masalah-masalah tertentu.
4.
Communicators
Mengikuti informasi politik, dan mengirim pesan-pesan dukungan dan protes terhadap pemimpin politik.
5.
Party and campign workers
Bekerja untuk partai politik atau kandidat, bergabung dan mendukung parpol, dan dipilih jadi kandidat partai politik.
6.
Community activitis
Bekerja dengan orang lain berkaitan dengan masalahlokal, melakukan kontak kpd pejabat berkenan dgn isu-isu sosial.
7.
Protesters
Bergabung dengan demonstrasi di jalanan, melakukan protes, menolak mematuhi aturan-aturan.

d.      Tingkatan Partisipasi Politik
v  Kriteria tingkatan partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson
No
Tingkatan
Partisipasi
Keterangan
1.
Kategori
Pengamat
·         Praktik Partisipasi, antara lain : menghadiri rapat umum, memberikan suara dalam pemilu, dan usaha meyakinkan orang lain.
·         Intensitas Partisipasi, tingkat hubungan rendah.
2.
Kategori
Aktivis
·         Praktik Partisipasi, jumlahnya terbatas dan hanya bagi se-jumlah kecil orang (terutama elite politik). Kegiatan yang dilakukan, tidak terbatas cara-cara formal-prosedural, akan tetapi dapat juga dengan tindakan kekerasan.
·         Intensitas Partisipasi, memiliki tingkat yang tinggi dan pe-nuh waktu. Mereka memiliki akses yang cukup kuat untuk melakukan hubungan “pribadi” dengan pejabat-pejabat pemerintah, sehingga upaya-upaya untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan pemerintah menjadi efektif.

v  Tingkatan partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson, Rush dan Althoff .
                                            i.         Menduduki jabatan politik atau administratif
                                          ii.         Mencari jabatan politik atau administratif
                                        iii.         Keanggotaan aktif suatu organisasi politik
                                        iv.         Keanggotaan pasif suatu organisasi politik
                                          v.         Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi-political)
                                        vi.         Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-political)
                                      vii.         Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya
                                    viii.         Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam bidang politik
                                        ix.         Voting (pemberian suara)
v  Tingkatan partisipasi politik, mencerminkan kapasistas partisipan dalam berpartisipasi politik. Semakin tinggi tingkatan yang ditempati, maka semakin tinggi pula tingkatan partisipasi politiknya. Dalam lingkup partisipasi politiknya, jika semakin tinggi maka semakin sedikit (semakin mengerucut pada jumlah tertentu).
v  Voting mrp tingkatan partisipasi politik terendah, yang membedakan satu tingkat di atas orang yang apatis total, sementara di atasnya terdapat orang atau sekelompok orang yang sering terlibat dalam diskusi-diskusi politik informal, yang proporsinya lebih rendah, namun intensitasnya lebih tinggi.
 

Blogroll

About